A. Pendahuluan
Pendidikan
merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat
sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendi-dikan,
disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Satu dari sekian banyak masalah di era
global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah di bidang pendidikan.
Masalah yang belum teratasi pada saat ini terutama masalah yang berhubungan
dengan kualitas hasil pendidikan (Suyanto, 2007). Adanya kebijakan sertifikasi
guru adalah salah satu upaya nyata pemerintah untuk meningkatkan
profesionalisme guru agar guru sebagai aktor utama dalam pendidikan umumnya dan
pembelajaran khususnya dapat meningkatkan kompetensinya.
Seorang guru penting untuk
menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik terbaik dalam proses
pembelajaran (Carolin Rekar Munro, 2005). Oleh karena itu, ketika terjadi
perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang
berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang harus berperan
mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu mengembangkan diri, baik yang
berkaitan dengan kompeensi bidang studi maupun pedagogik, termasuk penggunaan
internet dalam mencari informasi terkini (Kok Siang Tang, Ngoh Khang Goh, &
Lian Sai Chia, 2006).
Ronald Brandt (1993)
menyatakan bahwa hampir semua usaha reformasi dalam pendidikan, seperti
pembaharuan kurikulum dan penerapan metode pembelajaran baru akhirnya
tergantung kepada guru. Tanpa guru yang mampu menguasai bahan ajar dan strategi
belajar-mengajar, maka segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Hal ini berarti seorang guru tidak hanya
diharapkan mampu menguasai bidang ilmu yang diajarkan, tetapi juga menguasai
strategi belajar-mengajar.
Saat
ini dunia pendidikan telah banyak menghasilkan berbagai macam inovasi dan
menghadirkan strategi/model pembelajaran. Hal ini semata-mata sebagai upaya
mengga-irahan minat belajar peserta didik, sekaligus meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar. Oleh karena itu sudah saatnya guru mengetahui
model-model pembela-jaran, baik jenisnya maupun cara penerapannya.
B.
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai
prosedur sistematis dalam mengorganisasi-kan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Jadi, sebenarnya model pembela-jaran memiliki arti yang sama
dengan pendekatan atau strategi pembelajaran. Saat ini telah banyak
dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai
model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam
penerapannya.
Seorang
guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses
pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang
kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola
di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu
menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran,
menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya,
juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin
Marsh (1996 : 10) yang menya-takan bahwa guru harus memiliki kompetensi
mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola
kelas, berkomunikasi, merencanakan pembela-jaran, dan mengevaluasi. Semua
kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Setiap guru
harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkem-bangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan
kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan
prestasi belajar peserta didiknya.
C. Model-Model Pembelajaran
1.
Koperatif (CL,
Cooperative Learning)
Pembelajaran koperatif
sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan
dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi, model pembelajaran
koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja
sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau
inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran
koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen,
kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2.
Kontekstual (CTL,
Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual
adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah,
terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan,
motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana
menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prnsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator
pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu
modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian se-objektif-objektifnya
dareiberbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics
Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided
reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia
rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah
aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi),
pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke
formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi
(pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru
dalam penemuan).
4.
Pembelajaran
Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat
informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih
efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah
menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi,
latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah
atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik
dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik
dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir
optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),
interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur,
sintesis, generalisasi, dan inkuiri.
6.
Problem Solving
Dalam hal ini masalah
didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara
penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajian
permasalah yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Adapun keunggulan model problem
solving sebagai berikut:
a.
Melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan.
b. Berpikir
dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan
masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi
dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
g. Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja.
Kelemahan model problem solving
sebagai berikut:
a.
Beberapa pokok bahasan sangat sulit
untuk menerapkan model ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium
menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
b.
Memerlukan alokasi waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
7.
Problem Posing
Bentuk lain dari problem
posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi,
yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple
sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi
kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, mencari alternatif, menyusun
soal-pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan
problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan
dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
(multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,
keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban,
jawaban siswa beragam. Selanjtnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses
mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir
keterpaduan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah
kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table),
kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan
dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan,
membuat kesimpulan.
9.
Probing-Prompting
Teknik probing-prompting
adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan
pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang
dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran
ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga
setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses
tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi susana tegang, namun demikian bisa
dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian
pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada
canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah
adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
10. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)
Ramsey (1993)
mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi
(deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi
(aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplorasi
berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer
(1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal,
yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.
Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca
bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar
efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu:
informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat
indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic
yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan
mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan
melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar
haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini
dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa
berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk
kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak
serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru
bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya
memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka
mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai
berikut:
a.
Buat kelompok siswa heterogen 4
orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan.
b.
Siapkan meja turnamen
secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang
berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap
kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan kelompok.
c.
Selanjutnya adalah pelaksanaan
turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap
meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga
diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal.
Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan
(gelar) superior, very good, good, medium.
d.
Bumping, pada turnamen kedua
(begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat
duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam
kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya
diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e.
Setelah selesai hitunglah skor
untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan
individual.
14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini
menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal
tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah
dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada
SAVI, dengan somatic ekivalen dengan kinesthetic.
15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan
dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam
Kelompok (BidaK) dengan karakteristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab
belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan
tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah
negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (a) buat kelompok heterogen dan
berikan bahan ajar berupak modul, (b) siswa belajar kelompok dengan dibantu
oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban,
saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (c) penghargaan kelompok dan refleksi
serta tes formatif.
17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu
model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif,
sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan
buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan
individual dan berikan reward.
18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu
tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi
bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai
dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama
sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan
buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
Adapun kelebihan model
NHT adalah sebagai berikut:
a. Setiap
siswa menjadi siap semua.
b. Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahannya
antara lain:
a. Kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru.
19. Jigsaw
Model pembeajaran ini
termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini.
Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar
(LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal,
pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini
tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal,
berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward.
21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI
dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,
rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek
tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan
jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin
sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengolahan data penyajian data hasi
investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan
hasil kuis dan berikan reward.
22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini
adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks:
sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,
elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan,
susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi.
23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan
variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik
dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar
melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah
pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi
dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai
dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative
solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan
kemudian buat laopran hasil presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok
(membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini
adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok
lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan
dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok
lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan
kelompok.
26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C)
koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami
materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan,
memperluas, menggunakan, dan menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah
strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan
menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan
sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci,
Question dengan membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana, darimana) tentang bahan
bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabannya,
Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan
Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan
dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh
dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah
pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan
cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis.
Sintaknya adalah (a) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan
pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep-ide; (b) reconstruction melakukan
fasilitasi pengalaman belajar; (c) production melalui ekspresi-apresiasi konsep.
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif
dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan
fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan
(mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata
kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui
refleksi diri tentang gaya belajar.
31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk
mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa
tentang kemampuan yang dimilikinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan
yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric
dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk
not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk certain.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal
(penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk
pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara
menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah:
identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis
kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah
penyelesai masalah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal,
mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,
mengidentifikasi kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama,
menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
33. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran
yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai
representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah:
persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari
CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana
bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca
bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana
kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah mode
pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan,
1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya adalah: Separu
dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi
membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi
informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar
kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.
36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk
bahan ajar yang memerlukan pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar siswa.
Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depan kelas atau di sela
bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa
pertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang
berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya,
dan kembali berbagi informasi.
37. Artikulasi
Artikulasi adalah model
pembelajaran dengan sintaks: penyampaian konpetensi, sajian materi, bentuk
kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru
diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil
diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembelajaran
dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa
membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian
presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi
oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing
membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
39. Role Playing
Sintak dari model
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok siswa,
penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan scenario yang telah
dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon,
presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi.
40. Talking Stick
Sintak pembelajaran ini
adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa membaca materi
lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa
dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat
diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,
guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing
Sintaknya adalah:
Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi
tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok
menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain
menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.
42. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya
adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan
menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43. Course Review Horay
Langkah-langkahnya:
informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau
kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru
membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan
nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor
dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Demonstration
Pembelajaran ini khusus
untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah:
informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas
pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk
mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok
untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah
bertahap. Sintaknya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan
pengetahuan dan ketrampilan procedural, membimbing pelatihan-penerapan,
mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah
kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak
nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu
jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk
jawaban yang cocok.
47. Pair Checks
Siswa berkelompok
berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya
mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu
yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap
siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya,
setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang
benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak
berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi,
refleksi.
49. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat
cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi
kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan
membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa
membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar,
diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar
ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi
kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan
penyimpulan, valuasi dan refleksi.
51. Picture and Picture
Sajian informasi
kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi,
siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi
urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar,
penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52. Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan
sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan
membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain
menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah
rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS
( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah
alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya
mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.
54. Improve
Improve singkatan dari
Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and
reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya
adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya,
balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif
Bas generatif adalah
konstruksivisme dengan sintaks orientasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep
awal, tantangan dan restruturisasi sajian konsep, aplikasi, ranguman, evaluasi,
dan refleksi.
56. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah
dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah
dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus,
siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa
khusus, Tanya jawab dan refleksi.
57. Complete Sentence
Pembelajaran dengan model
melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: siapkan blanko isian berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca
wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kalimatnya
belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.
58. Concept Sentence
Prosedurnya adalah
penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru
menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat
berdasarkan kata kunci, presentasi.
59. Time Token
Model ini digunakan
(Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa
tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah
kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa diberi kupon bahan
pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan
pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60. Take and Give
Model pembelajaran
menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi
nama siswa – bahan belajar – dan nama yang diberi, informasikan kompetensi,
sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari
teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada
siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain
secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61. Superitem
Pembelajaran ini dengan
cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke
kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep
konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes
bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi,
integrasi, dan hipotesis.
62. Hibrid
Model hibrid adalah
gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi
konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori,
koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan
computer-internet.
63. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks:
keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill,
proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui
pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.
64.
Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual,
dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep,
latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru
langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru
membimbing.
65.
Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik
orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis,
interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua
berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha
siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak,
alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep,
demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya
jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan
senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan. Rumus quantum fisika asdalah E = mc2,
dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri
(akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan
aktivitas optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brandt, Ronald. 1993. What do you
mean professional. Educational Leadership. Nomor 6 50, March.
Carolin Rekar
Munro. (2005). “Best Practices” in teaching and
learning : Challenging current paradigms and redefining their role in education. The College Quarterly. 8
(3), 1 – 7.
Colin Marsh.
(1996). Handbook for beginning teachers.
Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Ismail.
2003. Media Pembelajaran (Model-model
Pembelajaran), Modul Diklat
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru
Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:
Direktorat PLP.
Kok
Siang Tan, Ngoh Khang Goh, & Lian Sai Chia. 2006. Bridging the cognitive –
affective gap : teaching chemistry while advancing affective objectives. Journal of Chemical Education. 83 (1),
59 – 63.
Rahmadi, Widdiharto. 2006. Model-model
Pembelajaran Matematika. Makalah
diklat guru pengembang matematika
SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta:
Rajawali.
Slavin. 1994. Cooperative Learning,
Theory, Research, and Practice
(Second Edition).
Suyanto. (2007). Tantangan
profesional guru di era global. Pidato Dies UNY 27 Mei 2007. Yogyakarta : UNY.