PRAKTIKUM
I
A.
Judul
Praktikum : Pisces
(Osteichthyes)
B.
Tujuan
Praktikum :
1.
Menentukan bagian-bagian tubuh
(morfologi) ikan yang penting untuk identifikasi dan dinyatakan dalam gambar
serta keterangan.
2.
Melakukan pengukuran tubuh dan
bagian-bagian yang penting untuk identifikasi.
3.
Menggunakan kunci identifikasi untuk
menentukan nama ilmiah ikan sebagai bahan kajian.
C.
Dasar
Teori :
Ikan
(Pisces) adalah anggota vertebrata yang bersifat poikiloterm yang hidup di air
dan bernapas dengan insang. Pisces merupakan hewan bertulang
belakang (termasuk vertebrata). Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling
beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi,
ikan tergolong kelompok paraphyletic
yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi
ikan tanpa rahang (kelas Agnatha,
75 spesies termasuk lamprey
dan ikan hag),
ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes,
800 spesies termasuk hiu
dan pari),
dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
1.
Ciri
utama
a.
Memiliki gurat sisi untuk menentukan
arah dan posisi berenang.
b.
Jantung terdiri atas satu serambi dan
satu bilik.
c.
Tubuh ditutupi oleh sisik.
2.
Ciri
umum
a.
Rangka tersusun atas tulang sejati.
b.
Berdarah dingin.
c.
Tubuh terdiri atas kepala, badan dan
ekor.
d.
Bernapas dengan insang dan di bantu oleh
kulit.
e.
Hidup di air.
f.
Bersisik dan berlendir.
Osteichthyes
(ikan bertulang sejati) merupakan bagian dari super kelas spesies. Secara garis
besar tubuh ikan dapat dibagi menjadi :
1. Kepala : pada
bagian in terdapat lubang hidung, mulut, mata, celah insang, tutup insang dan
sungut.
2. Badan : pada bagian in terdapat beberapa macam
sirip serta garis rusuk (linea lateralis).
3. Ekor
: ekor disebut jaga sirip ekor. Bentuk sirip ekor bermacam-macam ada yang
berbentuk sabit, bercangap, berlekuk, tegak, bulat atau membulat, meruncing dan
berlekuk kembar.
Dalam melakukan
identifikasi pada ikan maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Sirip
Setiap
sirip disokong oleh jari-jari sirip, yang dibedakan atas ; jari-jari keras dan
jari-jari lemah. Jumlah jari-jari sirip digambarkan dengan rumus tertentu
sesuai dengan macam siripnya. Untuk jari-jari keras digambarkan dengan angka
romawi, sedangkan untuk jari-jari lemah dengan angka arab. Dalam kunci
identifikasi ikan, perlu diingat singkatan huruf-huruf tertentu pada rumus
sirip yang menunjukan posisi sirip tertentu. Huruf yang biasa dipakai adalah :
D = sirip punggung (dorsal), D¹ dan D² untuk sirip
dorsal 1 dan 2
P = sirip dada (pectoral)
V = sirip perut (ventral)
A = sirip dubur (anal)
C = sirip ekor (caudal)
2. Garis
rusuk (linea lateralis)
Garis
rusuk adalah gambaran seperti garis yang terdapat pada kedua sisi tubuh ikan,
dibentuk oleh deretan pori-pori pada sisik-sisik. Cara menghitung jumlah sisik
pada garis rusuk, dimulai dari sisik pertama paling depan dan berakhir pada
pangkal ekor.
3. Sisik
Pada
osteichthyes (ikan bertulang sejati) terdapat tiga macam, yaitu sisik cycloid,
sisik ctenoid, dan sisik ganoid.
4. Pengukuran
bagian-bagian tubuh ikan
Cara
pengukuran tubuh ikan dan bagian-bagiannya penting untuk keperluan
identifikasi. Pengukuran meliputi ; panjang baku, panjang total, tinggi badan,
tinggi batang ekor, panjang ekor, panjang tubuh depan sirip punggung, panjang
dasar sirip punggung, panjang dasar sirip dubur, panjang sirip dada, panjang
sirip perut, panjang jari-jari sirip keras, panjang jari-jari sirip lemah,
panjang kepala, tebal badan, panjang hidung, jarak mata, panjang kepala
belakang mata, tinggi bawah mata dan tinggi pipi.
D.
Alat
dan Bahan :
1.
Satu set alat bedah lengkap
2.
Ikan Kuwe
3.
Buku atau literature kunci identifikasi
E.
Prosedur
Kerja :
1.
Menggambar seekor ikan
selengkap-lengkapnya.
2.
Menyebutkan bagian-bagiannya serta
sekaligus lakukan pengukuran terhadap ikan yang anda amati.
3.
Melakukan identifikasi terhadap ikan
yang anda amati dengan menggunakan kunci identifikasi yang ada.
F.
Hasil
Pengamatan :
![]() |
Gambar
1 : Ikan kuwe (Caranx sexfasciatus)
![]() |
Gambar 2. Ikan kuwe (Caranx sexfasciatus)
Ø Menghitung
sirip pada ikan
D VII, 15; P: 5; V 30; A 11; C 16
Ø Sisik
pada Linealateralis (Gurat Sisi) : 85
Ø Pengukuran
bagian – bagian tubuh ikan
1. Panjang
baku :
15 cm
2. Panjang
total :
18,5 cm
3. Tinggi
badan :
3,5 cm
4. Tinggi
batang ekor : 1 cm
5. Panjang
ekor :
3 cm
6. Panjang
tubuh depan sirip punggung : 7 cm
7. Panjang
dasar sirip punggung : 4,5 cm
8. Panjang
dasar sirip dubur : 3
cm
9. Tinggi
sirip punggung : 2
cm
10. Tinggi
sirip dubur :
2 cm
11. Panjang
sirip dada :
0,5 cm
12. Panjang
sirip perut :
0,7 cm
13. Panjang
jari – jari sirip keras : 2
cm
14. Panjang
jari – jari sirip lemah : 2 cm
15. Panjang
kepala :
5 cm
16. Tebal
badan :
2,5 cm
17. Panjang
hidung :
0,1 cm
18. Jarak
mata :
1 cm
19. Panjang
kepala belakang mata : 2 cm
20. Tinggi
bawah mata :
2 cm
21. Tinggi
pipi :
2 cm
Ø Tipe
sisik pada ikan yang di amati yaitu sisik cycloid
![]() |
Gambar 3 : Sisik ikan kuwe (Caranx sexfasciatus)
G.
Pembahasan
:
Osteichthyes merupakan sekelompok hewan
pisces yang bertulang sejati. Berikut beberapa ciri hewan Osteichthyes
yaitu :
- Memiliki
rangka endoskeleton yang terbuat dari osteon (tulang keras/tulang sejati).
-
Kulit bersisik dengan tipe sisik sikloid, ctenoid, dan
ganoid
-
Tertutup
oleh operculum
-
Memiliki
gelembung renang yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan faring
Berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh pengamatan mengenai morfologi pada ikan untuk D1=
sirip punggung ikan (dorsal) berjumlah VII dan untuk D2= 15. Untuk
sirip dada (pectral) P= 5, untuk sisrip perut V= 30, untuk sirip dubur A= 11,
dan untuk sirip ekor C berjumlah 16. Tubuh ikan yang diamati sedikit panjang,
mulut besar. Memiliki sirip punggung hampir
berdekatan, yang pertama berbasis pendek dan tinggi, yang kedua berbasis pendek
Mungkin tumbuh hingga 5 cm. Pengamatan
selanjutnya melihat Linea lateralis. Linealateralis
adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori, sehingga Linealateralis ini terdapat baik pada ikan yang bersisik
maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik Linealateralis
terbentuk oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang
bersisik. Pada ikan Linealateralis ini memiliki peranan ataupun fungsi
yang sangat penting yaitu berfungsi untuk mendeteksi
keadaan lingkungan, terutama kualitas air dan juga berperan dalam proses
osmoregulasi. Linealateralis terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada umumnya
ikan mempunyai satu buah garis Linealateralis, namun demikian adapula ikan yang
mempunyai beberapa buah Linealateralis. Pada pengamatan mengenai Linealateralis
ikan yaitu sisik yang terdapat dalam
gurat sisik ini berjumlah 85 sisik.
Pengamatan
selanjutnya melakukan pengukuran pada tubuh ikan. Berikut tabel hasil
pengamatan dalam pengukuran tubuh ikan dan bagian-bagiannya yang telah
diidentifikasi.
Bagian-bagian
tubuh yang diukur
|
Hasil pengukuran
(cm)
|
Panjang baku
|
15
|
Panjang total
|
18,5
|
Tinggi badan
|
3,5
|
Tinggi batang
ekor
|
1
|
Panjang ekor
|
3
|
Panjang tubuh
depan sirip punggung
|
7
|
Panjang dasar
sirip punggung
|
4,5
|
Panjang dasar
sirip dubur
|
3
|
Tinggi sirip
punggung
|
2
|
Tinggi sirip
dubur
|
2
|
Panjang sirip
dada
|
0,5
|
Panjang sirip
perut
|
0,7
|
Panjang jari-jari
sirip keras
|
2
|
Panjang jari-jari
sirip lemah
|
2
|
Panjang kepala
|
5
|
Tebal badan
|
2,5
|
Panjang hidung
|
0,1
|
Jarak mata
|
1
|
Panjang kepala
belakang mata
|
2
|
Tinggi bawah mata
|
2
|
Tinggi pipi
|
2
|
H.
Kesimpulan
:
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa tubuh ikan yang diamati sedikit
panjang, mulut besar. Memiliki sirip
punggung hampir berdekatan, yang pertama berbasis pendek dan tinggi, yang kedua
berbasis pendek. Pada ikan ini Linealateralis
memiliki peranan ataupun fungsi yang sangat penting yaitu berfungsi untuk mendeteksi keadaan lingkungan, terutama
kualitas air dan juga berperan dalam proses osmoregulasi.
Kunci
identifikasi menuju family sebagai berikut :
1b. Kepala, badan,
dan ekor setangkap (simetris), atau terletak dikedua sisi kepala
2b. Terdapat sirip
perut
4b. Sirip punggung
dan sirip dubur berduri
5a. Celah insang
sepasang disisi kepala
6a. Sirip perut
terletak abdominal (pangkalnya terletak dibelakang pertengahan sirip dada)
7a. Badan bersisik,
sirip dada tidak berduri
8a. Terdapat 2 buah
sirip punggung yang terletak jauh terpisah, sirip depan berjari-jari sirip
keras
I.
Jawaban
Tugas
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan sisik
placoid, cycloid, ctenoid, ganoid, dan cosmoid.
Jawab
:
-
Sisik placoid adalah Sisik yang memiliki struktur serupa gigi. Contoh pada ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan yang
lain.
-
Sisik cycloid adalah sisik yang memiliki tepi luar yang halus, dan
paling umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki
sirip-sirip yang lembut. Misalnya pada ikan salem dan karper.
-
Sisik ctenoid adalah sisik yang bergerigi di tepi luar,
dan biasa ditemukan pada ikan-ikan yang memiliki sirip-sirip berduri. Sejalan
dengan pertumbuhan, sisik-sisik sikloid dan ktenoid terus bertambah lingkaran
tahun. Sisik-sisik ini tersusun di tubuh ikan seperti genting, dengan arah menutup ke belakang, dengan demikian
memungkinkan aliran air yang lebih lancar di sekeliling tubuh dan mengurangi
gesekan.
-
Sisik ganoid adalah sisik yang ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik ganoid ini serupa dengan
sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan
kosmin dan enamel. Sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.
-
Sisik cosmoid adalah sisik yang hanya dijumpai pada
ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah. Sisik ini
berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam dibangun dari tulang yang memipih. Di
atas berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan ada berupa lapisan email gigi yang disebut kosmin (cosmine).
Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin. Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang dan
kehilangan lapisan kosmin yang tipis
dari sisik kosmoid sejati.
2.
Jelaskan dan gambarkan 4 macam sirip
ekor ikan berdasarkan anatominya
Jawab
:
-
Sirip ekor bercagak seperti pada ikan
mas (Cyprinus carpio), ikan tawes (Puntius javanicus), ikan bawal (Pampus sp), dan sebagainya.

-
Sirip ekor berbentuk meruncing, seperti
pada ikan belut (Monopterus albus).
![]() |
-
Sirip ekor berbentuk episerkal, ekor
bagian atas lebih panjang dibanding ekor bagian bawahseperti yang terdapat pada
ikan atlantik sturgeon (Acipencer
oxyrhynchus).

-
Sirip ekor berpinggiran tegak, seperti
pada ikan buntal (Tetraodon sp) dan
ikan tambakan (Helostoma temmincki).
![]() |
3.
Bagaimana cara menghitung jumlah
sisik-sisik ikan pada sebelah dorsal dan ventral garis rusuk
Jawab
:
Jumlah sisik yang biasa ditempati gurat sisi atau
disebut deretan sisik sepanjang sisi badan. Penghitungan sisik ini dimulai dari
sisik yang menyentuh tulang bahu hingga pangkal ekor. Jumlah sisik melintang
badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip punggung
atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur. Sisik
yang terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½. Jumlah
sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung
antara insang dan awal sirip punggung. Jumlah sisik di sekeliling batang ekor
meliputi jumlah baris sisik yang melingkari batang ekor pada bidang yang
tersempit. Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan
sirip punggung yang melingkari dada.
4.
Buatlah sistematika ikan secara umum
berdasarkan literature yang ada
Jawab
:
Sistematika Menurut Romer, Pisces
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kelas
agnatha, yaitu kelompok ikan yang tidak memiliki rahang, mulut seperti mangkok,
dikelilingi oleh tentakel. Dibagi
menjadi 2 ordo, yaitu :
Ø Mixiniformes
Ø Petromizontiformes
2.
Kelas Chondrichtyes, yaitu kelompok ikan
yang rangka tubuhnya tersusun dari tulang rawan , dibagi menjadi 3 Ordo, yaitu :
Ø Rajiformes
(Hipotremata)
Ø Squaliformes
(Pleurotremata)
Ø Chimaeriformes
(Rattfish)
3. Kelas
Osteichtyes, yaitu kelompok ikan yang rangkanya tersusun dari tulang sejati, dibagi
menjadi beberapa ordo, yaitu :
Ø Pleuronectiformes
Ø Pegasiformes
Ø Mastacembeliformes
Ø Anguilliformes
Ø Tetradontiformes
Ø Symbranchiformes
DAFTAR
PUSTAKA
Alexander, G. 1964. General
Zoology. Noble
Outline series, no 32.
Barnes,
Robert D. 1987. Invertebrate Zoology. W.B. Saunders College: Publishing 893pp.
Team Penyusun. 2011. Penuntun
Praktikum Zoologi Vertebrata. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.