Selasa, 01 April 2014

Laporan Praktikum Dormansi Biji

PRAKTIKUM VII
A. Judul  : Dormansi Biji Karena Alelopat Sari Buah Tomat
B. Tujuan : Melihat efek sari buah toman terhadap dormansi biji tomat
C. Dasar Teori
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. 
Dormansi merupakan fase istirahat dari suatu organ tanaman yang mempunyai potensi untuk tumbuh aktif, karena mempunyai jaringan meristem. Pada fase ini pertumbuhan organ tersebut hanya terhenti sementara. Perhentian sementara ini hanya dinilai secara visual. Jadi mungkin saja pada organ tersebut masih berlangsung proses akumulasi senyawa-senyawa tertentu. Pada pematahan dormansi dapat diganti oleh zat kimia seperti KNO3, thiorea dan asam giberalin. Pada kenyataannya, pada organ secara visual disebut dormansi, sesungguhnya masih berlangsung perubahan-perubahan biokimia dan struktur mikroskopiknya (Pandey and Sinha, 1992).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melakukan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio (Anonim, 2007).
Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji dapat dibedakan menjadi mekanisme fisik dan mekanisme fisiologis. Mekanisme fisik merupakan dormansi yang mekanisme penghambatnya disebabkan oleh organ biji itu sendiri. Mekanisme fisik ini terbagi menjadi; mekanis yaitu embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik ; fisik yaitu penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable; kimia yaitu bagian biji / buah mengandung zat kimia penghambat. Mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis (Anonim, 2007).
Dormansi dapat terjadi karena zat penghambat. Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Anonim, 2007)
D. Alat Dan Bahan
1. Alat : Gelas pop ice, gelas aqua, pasir.
2. Bahan : Biji tomat matang yang telah dikeringkan terlebih dahulu, buah tomat              yang sudah matang (merah) dan aquades.
E. Prosedur Kerja 
1. Menyiapkan masing-masing 2 buah gelas pop ice, gelas aqua masing-masing diisi pasir.
2. Membelah buah yang sudah matang kemudian mengambil bijinya.
3. Mengatur biji pada gelas aqua yang telah dibasahi dengan aquades. Untuk gelas aqua A isi dengan 50 biji tomat tanpa dicuci sedangkan untuk gelas aqua B diisi dengan 50 biji tomat yang telah dikeringkan.
4. Mengamati selama 7 hari jumlah biji yang berkecambah. 

F. Hasil Pengamatan
Hari Tomat %
Perkecambahan
A                     B
1
Belum berkecambah
2


Mulai berkecambah
3
Tomat kering (a) : 3mm
Tomat basah  (b) : 0,5mm
4



Tomat kering (a) : 5 cm
Tomat basah (b)  : 3 cm




5





Tomat kering (a) : 8cm
Tomat basah (b) : 6 cm


6


Tomat kering (a) : 9 cm
Tomat basah (b)  : 7 cm
7
Tomat kering (a) : 10 cm
Tomat basah (b) : 8 cm

G. Pembahasan
Dalam percobaan ini, biji tomat yang digunakan adalah biji tomat yang sudah dikeringkan terlebih dahulu, dan biji tomat yang masih memiliki sari buahnya. Pada hari pertama, belum tampak adanya biji yang berkecambah. Pada hari kedua, biji sudah mulai berkecambah. Hari ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh, tampak biji tomat sudah bekecambah. Akan tetapi, antara kedua jenis biji tomat tersebut perkecambahannya berbeda, yang mana pada biji tomat yang kering, kecambahnya lebih tinggi, sedangkan pada biji tomat yang basah, kecambahnya hanya berukuran kecil. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada biji tomat yang basah mengalami dormansi. Dormansi pada biji tomat dapat dipatahkan melalui proses imbibisi yaitu dengan perlakuan aquades. Ini dapat terjadi karena biji tomat termasuk biji yang membutuhkan suhu rendah sehingga untuk mematahkan dormansinya dapat dilakukan dengan cara pemberian aerasi dan imbibisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang menyatakan bahwa dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi. Pada pengamatan ini juga dilakukan perbandingan biji tomat yang lebih duluan tubuh antara biji tomat yang telah dikeringakan dengan biji tomat yang basah (Anonim, 2007).
Biji pada buah tomat yang masak tidak akan berkecambah dalam buah, meskipun suhunya sudah sangat sesuai untuk terjadinya suatu proses perkecambahan, demikian pula dengan keadaan kelembaban dan kadar oksigennya. Namun apabila biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan kemudian ditanam, biji itu akan segera berkecambah. Bahkan biji itu bisa langsung berkecambah jika diambil langsung dari buah dan dibiarkan mengapung dipermukaan air. Hal ini disebabkan karena di dalam buah, kandungan air buah memiliki potensial yang terlalu negatif untuk terjadinya suatu proses perkecambahan. Zat penghambat khusus juga mungkin ada seperti asam abisat (ABA) dalam endosperma yang sedang berkembang dari biji alfalfa yang berfungsi sebagai penghambat proses perkecambahan embrio. Buah lain, menyaring panjang gelombang yang diperlukan untuk perkecambahan (Salisbury dan Ross, 1995).
H. Kesimpulan 
Berdasarkan hasil pangamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, biji tomat yang telah dikeringakan laju pertumbuhanya lebih cepat dari pada biji tomat yang basah. Hal ini disebabkan karena biji pada buah tomat yang masak tidak akan berkecambah dalam buah, meskipun suhunya sudah sangat sesuai untuk terjadinya suatu proses perkecambahan, demikian pula dengan keadaan kelembaban dan kadar oksigennya. Namun apabila biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan kemudian ditanam, biji itu akan segera berkecambah. Bahkan biji itu bisa langsung berkecambah jika diambil langsung dari buah dan dibiarkan mengapung dipermukaan air.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Dormansi Biji Pada Tumbuhan. (Online). Tersedia: http :// elisa. ugm. ac. id/ files/ yeni wnv ratna/ 6 LAW; ASR/ 
III dormansi. Doc. Diakses 13 Mei 2012. 
Pandey, S. N and Sinha, B. K. 1992. Plant Physiology. Vikas Publishing House
PVT LTD. India.
Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and 
Distributors. India.



Tidak ada komentar: