Selasa, 01 April 2014

Laporan Praktikum Osmosis

PRAKTIKUM  II
A. Judul         : Pengaruh berbagai konsentrasi larutan gula terhadap proses osmosis
B. Tujuan : Membandingkan tinggi naiknya permukaan larutan gula pada osmometer yang di isi dengan larutan gula dengan konsentrasi yang berbeda.
C. Dasar Teori
Osmosis berasal dari kata os artinya lubang dan mos yang artinya pindah. Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Jika di dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel, jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semipermiabel ditempatkan dua Iarutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrainya tinggi melalui selaput permeabel. Jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel. Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis. Sedangkan larutan yang konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis (Team Teaching, 2012).
Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan/sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah /lisis, hal ini karena sei hewan tidak memiliki dinding sel. Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan/sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan/sel darah merah mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air (Sasmitamihardja, 1996).
Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. 
Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri. Osmosis terbalik adalah sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalam sel hidup di mana molekul solvent (biasanya air) akan mengalir dari daerah solute rendah ke daerah solute tinggi melalui sebuah membran semipermeable. Membran semipermeable ini menunjuk ke membran sel atau membran apapun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari solvent berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai dikedua sisi membran (Sasmitamihardja, 1996).
D. Alat dan Bahan
1. Alat : Osmometer, penjepit, batang statif, statif, gelas piala, dan pipet tetes.
2. Bahan : Selaput telur, larutan gula 0,125 M, 0,25 M, dan 0.5 M.
E. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menutup ketiga tabung osmometer yang sudah diisi larutan gula sebanyak 30 ml dengan konsentrasi 0.125 M, 0,25 M, dan 0,5 M dengan menggunakan selaput telur, dan kemudian mengikatnya dengan menggunakan karet gelang sampai mulut osmometer tersebut tertutup rapat.
3. Mengisi air atau aquades pada gelas kimia sebanyak 30 ml.
4. Masing-masing osmometer yang sudah ditutupi dengan selaput di celupkan ke dalam gelas kimia yang juga sebelumnya telah diisi dengan aquades.
5. Mengamati peristiwa yang terjadi pada osmometer dan gelas kimia tersebut.
6. Mengukur volume larutan gula dan aquades, setelah 60 menit.
7. Membuat kesimpulan.
F. Hasil Pengamatan







(1)                                                               (2)
Keterangan: Gambar (1) labu yang berisi larutan gula dengan masing-masing                       konsentrasi 0,5 M, 0,25 M dan 0,125 M (masing-masing 30 ml), (2)                       gelas kimia yang berisi aquades 30 ml.

Tabel Hasil Pengamatan Kenaikan dan Penurunan Volume Larutan
Konsentrasi Glukosa Volume Aquades (ml) Volume Glukosa (ml)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
0,5 30 29 30 31
0,25 30 28,5 30 31,5
0,125 30 27 30 33


G. Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan, di mana pada saat ketiga bejana (osmometer yang telah ditutupi selaput telur) yang masing-masing berisi larutan glukosa sebanyak 30 ml dengan konsentrasi 0,5 M, 0,25 M, dan 0,125 M dicelupkan ke dalam 3 gelas kimia yang masing-masing juga berisi aquades dengan volume yang sama, maka setelah 60 menit volume pelarut yang tadinya 30 ml, setelah diukur volume airnya ternyata berkurang. Volume berkurangnya air atau pelarut ini tidak sama antara ketiganya. Pada gelas kimia pertama yang dicelupkan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,5 M, volume pelarutnya berkurang sebanyak 1 ml. Pada gelas kimia yang kedua dicelupkan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,25 M, volume pelarutnya berkurang 1,5 ml. Selanjutnya, pada gelas kimia yang ketiga dicelupkan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,125 M, volume pelarutnya berkurang 3 ml. Sebaliknya, volume larutan glukosa yang ada pada osmometer justru bertambah. Bertambahnya jumlah volume larutan glukosa seimbang dengan berkurangnya  volume larutan air (pelarut). Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin lambat pula proses osmosis suatu pelarut. Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi suatu larutan, maka semakin cepat pula osmosis suatu pelarut.
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama.
Tekanan yang diberikan pada air atau suatu larutan, akan meningkatkan energi bebasnya, sehingga potensial air dapat meningkat. Dengan memberikan tekanan di atas suatu larutan atau air murni, akan mengakibatkan meningkatnya potensial air pada larutan atau air murni tersebut, dan selanjutnya akan meningkatkan kemampuan difusi air dalam suatu larutan. Dengan konsep potensial air ini, maka dapat dibayangkan osmosis terjadi dari larutan yang hipertonis menuju larutan yang hipotonis, asal saja potensial air pada larutan yang hipertonis lebih besar daripada larutan yang hipotonis. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila pada larutan yang hipertonis mendapat tambahan tekanan yang dapat meningkatkan nilai potensial airnya (Sasmitamihardja, 1996).
H. Kesimpulan 
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin lambat pula proses osmosis suatu pelarut. Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi suatu larutan, maka semakin cepat pula osmosis suatu pelarut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik diantaranya:
1. Konsentrasi 
2. Ionisasi molekul zat terlarut
3. Hidrasi molekul zat terlarut
4. Suhu potensial osmotik.



DAFTAR PUSTAKA
Sasmitamihardja, Dardjat dan Siregar, Arbasyah. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Team Penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Gorontalo: Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Tidak ada komentar: