Selasa, 01 April 2014

Makalah Perkembangan Pembelajaran IPA (sains) di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pendidikan, khususnya pendidikan sains di Indonesia, masih menjadi isu dalam berbagai pertemuan ilmiah.The Third International Mathematics and Science Study Repeat melaporkan bahwa kemampuan sains siswa SLTP di Indonesia hanya berada pada urutan ke-32 dari 38 negara (TIMSS-R, 1999).Masalah lainnya yang dialami bangsa Indonesia adalah rusaknya lingkungan alam yang mengakibatkan berbagai bencana alam seperti kekeringan berkepanjangan, banjir, kebakaran hutan, polusi udara, polusi tanah/air yang kesemuanya hanya menghasilkan kesengsaraan rakyat banyak.Semua kegiatan masyarakat yang kurang bertangungjawab terhadap alam lingkungan ini diduga akibat kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai kearifan terhadap lingkungan alamnya, yang semestinya diperoleh melalui pendidikan sains di sekolah.Adimassana (2000) mengatakan bahwa, salah satu penyebabnya adalah akibat dari kegagalan sektor pendidikan dalam melaksanakan pendidikan nilai di sekolah.Hal ini didukung oleh hasil studi yang dilakukan Sadia,dkk (1999) dan Suastradkk. (2003) yang menyatakan bahwa, sebagian besar (90 %) tujuan pembelajaran sains di sekolah diarahkan pada pencapaian pengetahuan sains (produk sains) dan sisanya diarahkan pada pengembangan keterampilan proses dan sikap serta nilai. 
Rendahnya kualitas pendidikan sains selama ini di Indonesia dapat diduga karena kurang diperhatikannya lingkungan sosial budaya siswa.  Hal ini terbukti dari hasil evaluasi kurikulum 1994 SLTP pada mata pelajaran sains  yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud yang menunjukkan bahwa (1) sebagian besar siswa tidak mampu mengaplikasikan konsep-konsep sains dalam kehidupan nyata, dan  (2) pengajaran tidak menitikberatkan pada prinsip bahwa sains mencakup pemahaman konsep, dan menghubungkannya dengan  kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1999). Dewasa ini,  pendidikan  cenderung menjadi sarana "stratifikasi sosial" dan sistem persekolahan yang hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut sebagai dead knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu berpusat pada buku/sikap harfiah (textbookish), sehingga memecahkan soal sederhana dapat dilakukan tetapi agak lepas dari situasi nyata/ realistik,  bagaikan  sudah diceraikan  dari  akar sumbernya dan aplikasinya (Zamroni, 2000:1). Dengan perkataan lain, pelajaran sains yang dipelajari di sekolah menjadi "kering" dan tidak bermakna bagi siswa. 
Pembelajaran sains yang akan datang perlu  diupayakan agar ada keseimbangan/ keharmonisan  antara pengetahuan sains itu sendiri dengan penanaman sikap-sikap ilmiah, serta nilai-nilai kearifan yang ada dalam sains itu sendiri. Oleh karena itu,lingkungan sosial-budaya siswa perlu mendapat perhatian serius  dalam mengembangkan pendidikan sains di sekolah karena di dalamnya terpendam sains asli yang dapat berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian,  pendidikan sains akan betul-betul bermanfaat bagi siswa itu sendiri dan bagi masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan pandangan reformasi pendidikan sains dewasa ini yang menekankan pentingnya pendidikan sains bagi upaya meningkatkan tanggung jawab sosial (Cross & Price, 1992).Berdasarkan usaha reformasi ini, tujuan pendidikan sains tidaklah hanya untuk meningkatkan pemahaman terhadap sains itu sendiri, tetapi yang lebih penting juga adalah bagaimana memahami kehidupan manusia itu sendiri (AAAS, 1989).
Kebijakan politik pendidikan di tanah air kita juga mengalami pergeseran pola pikir, yaitu dari pemerintahan terpusat (sentralisasi) kepada pemerintah berdasar pada otonomi daerah.Perubahan politik ini menyebabkan perubahan kebijakan pendidikan, sehingga daerah memiliki porsi lebih besar dalam menentukan kebijakan dalam pendidikan. Dalam pola pikir otonomi daerah ini, daerah dan sekolah diberi kewenangan untuk menentukan sistem yang akan digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran ini, menyangkut kurikulum, silabus, pendekatan, metode pembelajaran, dan strategi pembelajaran (Depdiknas, 2001). Kebijakan dalam bidang pendidikan ini merupakan peluang bagi daerah untuk mengembangkan potensinya termasuk potensi budaya dalam kaitannya dengan pembelajaran sains.
B. Rumusan Maslah
Rumusan masalah pada makalah ini, yaitu bagaimana perkembangan pembelajaran IPA(sains) di Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini, yaitu mengetahui perkembangan pembelajaran IPA (sains) di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPA (Sains)
Ilmu Pengetahuan Alam dapat disebut juga sains (science).Science mempunyai arti sebagai pengetahuan dan natural science atau ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA ini diajarkan baik di SDMI, SMP/MTS,SMA/MA atau SMK/SMAK. Pada beberapa jenjang sekolah tersebut terdapat perbedaan dalam pengajarannya.IPA di SD/MI dan SMP/MTS diajarkan sebagai IPA terpadu sedangkan SMA/MA dan SMA/SMAK, IPA diajarkan sebagai Biologi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumi dan antariksa. IPA mempelajari fenomena alam yang fluktual, baik berupa kenyataan(fact) atau kejadian(event) dan hubungan sebab akibatnya. IPA berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari yang amat bergantung dengan alam, zat dan segala gejala  yang terdapat di alam. Dengan kata lain dahulu, saat ini dan masa yang akan datang, IPA mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat (Fadila, 2008). 
Di era modern ini IPA mempunyai banyak pengertian banyak ahli mendefinisikan tentang pengertian IPA.Selain perkembangan IPA juga dikaji.Dari waktu ke waktu IPA terus berkembang dan semakin baik.Mulai dari IPA yang alamiah hingga terciptanya teknologi(Fadila, 2008).. 
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA mempunyai beberapa pengertian dari pengertian IPA itu sendiri, cara berfikir IPA, cara penyelidikan IPA sampai objek kajian IPA. Dari beberapa pengertian tersebut kita akan membahas tentang pengertian IPA. Adapun beberapa pengertian IPA menurut para ahli sebagai berikut: 
1. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namunpada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (Soekardjo, 1973 dalam Fadila, 2008).
2. IPA menurut arti per-katanya yaitu ilmu, pengetahuan dan alam. Ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan adalah  segala sesuatu yang diketahui manusia. Dari dua pengertiantersebut dapat digabungkan yaitu IPA sebagai ilmu yang mempelajaritentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.  (Soekarno, 1973dalam Fadila, 2008).
3. IPA adalah body knowledge. IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis (Subiyanto, 1998 dalam Fadila, 2008). 
4. Definisi lain tentang IPA yang lengkap diberikanoleh Collete (1994) dalam Fadila (2008),  “science should be viewed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, asa way of investigating claims about phenomenon and as body of knowledge that has resulted from inquiry” atau “ilmu Pengetahuan Alam harus dipandang secara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry”.
5. Istilah IPA merupakan terjemahan dari bahasa Inggris  “Natural Science”atau disebut  science.Dalam bahasa Indonesia Science ditulis “sains” atau IPA. Menurut Trowbridge and Byde (1990) dalam Fadila (2008) sains atau IPA merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencangkup tiga factor utama yaitu  The extant body of scientific knowledge, the values of science and the methods and processes of science” yang artinya sains merupakan produk (body of scientific knowledge)dan proses (methods and processes), serta mengandung nilai-nilai (values). Menurut kamus oxford Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ialah satu cabang ilmu pengetahuan yang melibatkan perhatian dan eksperimen untuk membuat rumusan idea, penerangan dan pemahaman terhadap fenomena atau gejala yang terjadi di alam.
6. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis,universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993)dalam Fadila (2008) dalam Depdiknas mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuanyang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
7. IPA merupakan ilmu pendidikan bidang studi, dalam hal ini bidangstudi IPA (alam dan gejalanya). Pendidikan IPA merupakan gabunganantara teori IPA dengan teori ilmu pendidikan. Ilmupendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomerna pendidikan dalam prespektif yang luas dan integratif. Fenomena pendidikan ini bukan hanya gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal) dalam perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk membentuk kepribadian manusia (insan) yang dirancang secara  sadar dan sistematis dalam proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar sekolah (Fadila, 2008).
B. Perkembangan IPA (Sains) di Indonesia
Suatu program pembelajaran akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila direncanakan dengan baik. Tiga hal yang menjadi perhatian banyak pihak dalam kegiatan pembelajaran.materi apa yang akan diajarkan, bagaimana cara mengajarkan serta bagaimana cara mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Pertama, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dirancang untuk dapat menghasilkan lulusan yang kompeten memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan tiga hal pokok dalam pembelajaran.Kurikulum IPA pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi. Hal ini dikarenakan IPAmemegang peranan penting sebagai dasar pengetahuan untuk mengungkap  bagaimana fenomenaalam terjadi. Dengan begitu, IPA menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai bagian dari pengetahuan yang harus  dimiliki memasuki era informasi dan teknologi. IPA sekaligus memberi kontribusi besar bagi pengetahuan yang terkait dengan isu-isu global (Fadila, 2008).
Standar kompetensi IPA untuk lulusan SMP dirumuskan dengan mempertimbangkan standar kompetensi yang telah dikuasai lulusan sekolah dasar dan juga tingkat perkembangan mental peserta  didik SMP. Pengembangan kurikulum IPA merespon secara proaktifberbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan desentralisasi.ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran dengan keadaan dan kebutuhan setempat(Fadila, 2008).
IPA umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan pesertadidik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif,  logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh  dampak perkembangan IPA dan teknologi. Sehingga pengembangan kemampuan  peserta didik dalambidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dunia memasuki era teknologi informasi(Fadila, 2008). 
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pokok pembelajaran IPA memiliki materi yang memuat kajiandimensi objek, tingkat organisasi objek dan tema atau persoalan aspek fisis, kimia dan biologi.Pada aspek biologi, IPA mengkaji berbagai persoalan yangberkait dengan berbagai fenomena pada makhluk hidup berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan. Aspek fisis  IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup. Untuk aspek kimia, IPA mengkaji berbagai fenomena atau gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam semesta(Fadila, 2008).
Modernisasi yang dilakukan di Indonesia terkait dengan adanya perubahan kurikulum yang dominan terlihat pada kurikulum 1975, kurikulum ini berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994.selanjutnya berubah menjadi Kurikulum 2004 yang biasa dikenal dengan Kurikulum  Berbasis Kompetensi (KBK) sampai akhirnya sekarang telah disempurnakan  menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)(Fadila, 2008).
1. Perkembangan Kurikulum 
Kurikulum sendiri memiliki pengertian sebagaimana dalam UU SPN No 20 Tahun 2003 pada bab I pasal I (Muhammad, 2007 dalam Fadila, 2008) yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Kurikulum dimulai sejak adanya  kurikulum 1975 yang berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994.
a. Kurikulum 1975 
Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak proklamasi kemerdekaan atau tepatnya tanggal 17 Agustus 1945.sejak saat itu telah terjadi beberapa kali pembaharuan kurikulum mulai dari singkat sekolah dasar hingga menengah. Pembaharuan kurikulum tersebut dilakukan untuk membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, menurut Jasin (1987) dalam Fadila (2008), sudah dilakukan lima kali pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut adalah:
1) Pembaharuan pertama kali dilakukan pada tahun 1947. Pembaharuan tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda. Pembaharuan yang pertama atau disebut dengan rencana pelajaran 1947  ini menekankan pada pembentukan karakter manusia. 
2) Pembaharuan yang kedua terjadi dengan keluarnya rencana pendidikan 1964. Pembaharuan kurikulum ini didasarkan pada usaha untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia di bidang ilmu alam (science) dan matematika. 
3) Pembaharuan yang ketiga terjadi karena dikeluarkannya kurikulum 1968. Pembaharuan ini terjadi bersamaan dengan beralihnya sistem pemerintahan dari orde lama ke orde baru. Keadaan tersebut menuntut adanya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan yang salah satunya adalah pendidikan.
4) Pembaharuan yang keempat terjadi seiring dengan diterbitkannya kurikulum 1975/1976/1977. Kurikulum  ini ditandai dengan adanya usha yang sistematis dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahan-bahan yang bersifat empiris dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum ini.
b. Kurikulum 1984 
Kurikulum ini manggantikan kurikulum 1975 yang didasarkan pada surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan kurikulum pendidikan  dasar dan menengah. Kurikulum ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan kerja industri pada masa itu(Fadila, 2008).
c. Kurikulum 1994 
Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya beada ditanagn pusat dan daerah sehinggasekolah tidak begitu terlibat, kemudian tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya dianggap sebagaisiswa yang harus menerima semua materi dan tanpa mempraktekannya(Fadila, 2008).
d. Kurikulum 2004 (KBK)
KBK tidak ditetapkan dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan mengubah kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyaksiswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghafal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah diuji maka materi itu akan  dengan mudah lupa.Oleh karena itu dengan mengubah kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran.Menurut Paul (2007) dalam Fadila (2008) kompetensi merupakan “kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak”.
Secara umum KBK memiliki enam karakteristik menurut Muhammad (2007) dalam Fadila (2008) yaitu: “(1) system belajar dengan modul,(2) menggunakan keseluruhan sumber belajar, (3) pengalaman lapangan, (4) strategi individual personal, (5) kemudahan belajar dan (6) belajar tuntas”. 
Dalam kurikulum KBK ini sekolah diberi keleluasaan  dalammenyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan  kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. Di samping itu kurikulum ini juga menuntut siswa untuk aktif dan diharapkan lulusan dari tingkat SMP siswa dapat berpikir logis, kritis dan inovatif serta dapat memecahkan masalah sesuai metode ilmiah(Fadila, 2008).
e. Kurikulum 2006 (KTSP) 
KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)  merupakankurikulum yang di sempurnakan dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.Prinsipnya hampir sama dengan KBK.KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007.Dalam kurikulum ini pemerintah hanya sebagai pengembang kompetensi sebagai standar isi dan kelulusan.Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuaidengan keadaan sekolah dan siswa didik(Fadila, 2008).
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU republic Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan permen No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam KTSP pendekatan balajar berbasis kompetensi dan terjadi penataan materi, jam belajardan struktur program (Muhammad, 2007 dalam Fadila, 2008).
Perubahan urikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada kebutuhan dimasyarakat.Harapannya dengan kurikulum terakhir yang lebih dikenal dengan KTSP lebih mudah diterapkan karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Keberhasilan pendidikan akan tergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum tersebut. Harapannya dapat meningkatkankualitas SDM.
2. Kurikulum IPA di Indonesia 
Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan IPA di SMP telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena IPA sangat penting sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi.Kurikulum sebelum KTSP IPA di SMP diajarkan dengan  memisahkanmata pelajaranm kedalam tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dalam hal ini ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek IPA tanpa teknologi dan masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA bukan hanya pada konsep tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis. Sesuai dengan adanya isi materi yang kurang mengenapada teknologi maka ketiga aspek tersebut dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA terpadu yang saat ini telah diterapkan dalam kurikulum KTSP(Fadila, 2008).
Meminjam bahasanya Bentley dan Watts bahwa Pengajaran IPA dikembangkan berdasarkan persoalan atau tema IPA untuk dapat dikaji dari aspek kemampuan peserta didik yang mencakup aspek mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan konsep dasar IPA, dan pengembangan kesadaran IPA dalam konteks ekonomi dan social. Konsep pembelajaran IPA tersebut berarti mengandung seluruh aspek yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat menanggapi isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika, serta menilaisecara kritis perkembangan dalam bidang IPA dan teknologi serta dampaknya(Fadila, 2008).
Agar peserta didik SMP dapat mempelajari IPA denganbenar, maka IPA harus dikenalkan secara utuh, baik menyangkut objek, persoalan, maupun tingkat organisasi dari benda-benda yang ada di dalam alam semesta. Dengan kata lain bahwa IPA sebagai mata pelajaran di SMP hendaknya diajarkan secara utuh atau terpadu, tidak dipisah-pisahkan antara biologi, fisika, kimia dan bumi antariksa(Fadila, 2008).
IPA di SMP diajarkan dengan pemisahan antara biologi, fisika dan kimia. Ketidak-utuhan konsep IPA dalam pembelajarannya sebagai ilmu yang mencakup aspek IPA, teknologi dan masyarakat,juga  secara psikologis berat bagi peserta didik SMP. Pembelajaran IPA di SMP secara utuh mengajak peserta didiknya untuk mulai ke arah berpikir abstrak dengan mengenalkan IPA secara utuh dengan harapan muncul upaya penyelidikan-penyelidikan ilmiah(Fadila, 2008).
Menjadikan materi IPA di SMP secara terpadu sepertiyang digariskan oleh Kurikulum KTSP semata untuk merespon pertanyaan kritis mengenai materi IPA sebelumnya yang hanya menekankan pada "subject matter oriented program". Sehingga, materi IPA kurikulum KTSP untukSMP didesain untuk menjawab persoalan-persoalan pada masalah-masalah global.Sayangnya, sistem pendidikan nasional secara nyata sampai saatini belum melahirkan secara khusus guru IPA, melainkan menghasilkan gurubiologi, kimia dan fisika.Untuk itulah IPA di SMP diajarkan secara terpisah sekaligus mengakomodasi keberadaan guru biologi dan fisika(Fadila, 2008).
Pembelajaran IPA terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA dengan situasi lebih alami dan situasi dunia nyata,serta mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran IPA terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong siswa peduli dan tanggap terhadap lingkungan dan budaya(Fadila, 2008).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan IPA bisa dilihat dari kurikulum KTSP melalui IPA terpadu. Pembelajaran IPA difokuskan dalam konsep dan ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis. Tiga aspek IPA yaitu Biologi, Fisika dan Kimia dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA terpadu. IPA yang umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu  manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi.
B. Saran 
Dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya harus ditanamkan aspek IPA (sains) yang ilmiah atau dengan kata lain ilmu pengetahuan alam (sains) yang telah didapat harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


DAFTAR PUSTAKA
AAAS. 1989. Science for All Americans. Washington D.C.: American Assosiation for  the Advancement of Science.
Adimassana,Y.B. 2000. Revitalisasi Pendidikan Nilai di dalam Sektor Pendidikan Formal. Atmadi & Setiyaningsih (eds). Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Cross, R.T & R.F. Price.1992.Teaching Science for Social Responsibility.           Sydney: St.Louis Press.
Depdikbud.1999. Hasil Evaluasi Kurikulum 1994 SLTP. Jakarta: Pusbang Kurandik.
Depdiknas. 2001. Kuirkulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains.  Jakarta:  Puskur Balitbang.
Fadila, Siska. 2008.Perkembangan IPA (Sains) di Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sadia,W. et al. 1999. Pengembangan Buku Ajar IPA Pendidikan dasar Berwawasan  STM. Laporan Penelitian HB Dirjen Dikti.
Suastra,W. 2003. Implementasi Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri di SLTP.Laporan Penelitian Research Grand IKIP Negeri Singaraja. Tidak Dipublikasikan.
TIMSS-R.1999. TheThirdInternational Mathematics and Science Study             Repeat. USA: International Study Center Lynch School of Education,  Boston Collage.
Zamroni. 2001. School and University Colaboration for Improving Science   and Mathematics Instruction in School. Paper Presented in National Seminar on Science and Mathematics Education. Bandung, August,  21,2001.






Tidak ada komentar: